KALAU boleh meminta kepada Tuhan soal ruang dan zaman, tentu kita
memilih untuk tidak hidup di zaman seperti sekarang. Zaman dimana kejahatan
adalah kebenaran, kejahatan adalah kebiasaan, dan kejahatan adalah kemenangan.
Hukum keadilan hanyalah slogan, kebijaksanaan hanyalah hiasan, dan
keputusan hanyalah permainan. Inilah zaman dimana setan lebih ditakuti dari
pada Tuhan. Hawa nafsu lebih ditaati dari pada akal sehat, apalagi firman
Tuhan.
Tetapi kita tidak mungkin meminta untuk pindah ruang dan zaman, ini
sudah ketetapan. Tuhan tidak mungkin menakdirkan kehidupan ini kepada kita
semua, kecuali Tuhan telah beri kemampuan untuk menuntaskannya.
Buang Jauh Brand ABG
Saya heran, kenapa pelajar SMP – SMA disebut sebagai ABG alias Anak Baru
Gede. Istilah ini selain tidak berdasar juga tidak bermanfaat. Coba cek, apa
manfaatnya istilah ABG bagi spirit belajar remaja?
Lebih heran lagi, tanpa basa-basi apalagi teori, para pelajar justru
menerima bahkan sebagian bangga dengan istilah ABG itu. Dampaknya apa, jelas
kan?
Istilah ABG itu menjadi trend para sutradara dan produser untuk membuat
film yang menceritakan kehidupan pelajar. Di sisi lain, bagi para produsen
fashion, trend ABG dijadikan alat untuk merancang busana.
Bagi sekolah apa? Sekolah tidak kebagian apa-apa dari istilah ABG ini
kecuali kenakalan remaja, kemanjaan pelajar, serta mentalitas buruk lainnya.
Memang tidak semua pelajar, tetapi itu rata-rata.
Problem mental itu bisa dilihat mulai dari gaya rambut, warna rambut, sampai
pada life style pelajar di sekolah. Di sisi lain, kegiatan belajar
menjadi hal yang tidak favorit. Budaya membaca rendah, antusias meneliti juga
payah.
Akibatnya, jadilah umumnya pelajar kita miskin wawasan, rendah kemauan,
serta buruk pergaulan. Semua gara-gara label yang ada pada mereka sendiri yakni
ABG. Label yang menjustifikasi kenakalan dan ketidakdewasaan.
Jika demikian adanya, maka istilah ABG tidak boleh melekat dalam diri
kita sebagai pelajar. Orang lain boleh menyebut kita ABG tetapi kita tidak
boleh mengakui istilah tersebut. Jika tidak pakai ABG lalu apa?
Pemimpin Masa Depan
Coba pikir, mana yang lebih membuat anak-anak kita bangga secara
psikologis untuk mampu membangun bangsa ke depan, ABG atau PMD (Pemimpin Masa
Depan)?
Sekalipun istilah ini tidak mudah diterima kalangan remaja, tetapi para
pembaca kaltimtoday.com harus menyadari bahwa anak itu adalah status mereka
karena faktor usia. Tetapi di masa yang akan datang, anak hari ini adalah
pemimpin masa depan. Oleh karena itu, lebih logis jika kita mengganti istilah
ABG dengan PMD.
Istilah PMD lebih mendorong anak-anak kita mengerti tujuan hidupnya.
Selain itu istilah pemimpin lebih mendorong anak-anak kita untuk segera tampil
dewasa dan bijaksana. Jangan khawatir, tampil dewasa tak berarti bermuka tua.
Tetapi, terampil mengatasi kesulitan meski wajah masih ‘ingusan’.
Coba seandainya istilah untuk pelajar kita PMD bukan ABG? Pasti sinetron
pacaran, percintaan, apalagi pergaulan bebas nggak akan laku. Gimana mau laku, wong
pelajarnya adalah Pemimpin Masa Depan. Gak conenct kali?
Hakikat Remaja
Remaja itu bukan sekedar status, tetapi masa penyempurnaan. Jika pada
masa penyempurnaan remaja salah pemahaman, maka besar peluang dia akan salah
pemikiran dan pasti salah tindakan. Seperti hari ini umum kita saksikan.
Remaja adalah generasi harapan sebuah bangsa dan negara untuk masa
depan. Bukan generasi beban yang akan menghancurkan eksistensi bangsa dan
negara.
Seperti kita ketahui, situasi bangsa dan negara kita saat ini
benar-benar sangat memprihatinkan dan sangat irasional. Negeri agraris, tetapi
petaninya menderita. Negeri maritim, tetapi nelayannya sengsara. Negeri kaya,
tetapi penduduknya papa.
Remaja hari ini, mau tidak mau harus mengatasi masalah ini, sekarang
atau pun nanti. Oleh karena itu, sangatlah mendesak untuk semua elemen bangsa,
menyadarkan adik-adik remaja kita akan hakikat, posisi, fungsi dan peranannya.
Remaja dihadirkan Tuhan bukan untuk bersenang-senang, tetapi memperbaiki
keadaan. Bukan untuk pacaran, tetapi memahami dan mengamalkan kebenaran. Bukan
untuk hura-hura, tetapi banyak membaca.
Itulah mengapa remaja diberi kekuatan besar oleh Tuhan dalam fisik, akal
dan hatinya. Semua itu harus digunakan untuk mengabdi kepada Tuhan, bukan
menuruti perintah setan. Tidak saja itu, Tuhan pun telah berikan panduan berupa
Al-Qur’an dan manusia teladan.
Para remaja di zaman kenabian telah memberikan pembuktian dengan panduan
Al-Qur’an. Berarti kita pun mampu untuk melakukan pembuktian.
Nothing impossible, itu
hanya soal kemauan dan perjuangan dan kesabaran. Mampukah remaja saat ini
menempa diri untuk menjadi Pemimpin Masa Depan? Mari jawab dalam hati dengan amal
bakti dan prestasi.*
______
*) IMAM NAWAWI, penulis adalah kolumnis kaltara.news . Ikuti juga cuitannya di @abuilmia
*) IMAM NAWAWI, penulis adalah kolumnis kaltara.news . Ikuti juga cuitannya di @abuilmia